Oleh: Joko Ariswanto, SP.
(Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan-Universitas Brawijaya)
Serangga merupakan
hewan yang paling besar berperan sebagai hama tanaman. Berbagai metode pengendalian
serangga hama telah banyak dilakukan salah satunya penggunaan pestisida kimia,
namun pengendalian tersebut dirasa kurang efektif dalam mengendalikan serangga
hama. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar serangga memiliki lapisan kulit
luar atau kutikula yang tebal dan tersusun atas lapisan kitin dan lemak sehingga
bahan aktif pestisida tidak dapat menembus kutikula serangga. Kitin merupakan
komponen polysakarida yang tersusun atas monomer β-1,4 N-acetyl-D-glucosamine
yang mudah terhidrolisis secara biologis, selain pada serangga kitin juga
terdapat pada cangkang crustacea dan dinding sel jamur (Matsumoto et al., 2004). Penggunaan enzim penghidrolisis
kitin merupakan cara yang dapat dilakukan dalam usaha pengendalian serangga
hama secara alami. Kitinase merupakan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme
seperti jamur dan bakteri yang dapat menghidrolisis lapisan kitin pada subtrat tumbuh
(Patil et al., 2000).
Jamur enthomopatogen Verticillium lecanii merupakan salah
satu jamur yang dapat memproduksi enzim hidrolisis yakni enzim kintinase,
lipase dan protease (Leger et al.,
1997). Jamur V.lecanii termasuk dalam
klas:Deuteromycetina, Ordo:Moniliales, famili: Moniliaceae, Genus: Verticillium
dan Spesies :Verticillium lecanii (Clements
dan Shear, 1975). Proses infeksi serangga oleh jamur diperantarai oleh enzim hidrolase
kutikula yakni enzim kintinase, lipase dan protease. Selama proses infeksi
jamur, jamur akan mengsekresikan enzime hidrolitik yang membantu dalam proses
kolonisasi jamur pada intergumen serangga inang. Enzim protease dan
karbohidratase akan disekresikan untuk menghidrolisis dinding sel serangga (Hasan
et al., 2013).Jamur akan masuk kedalam intergumen serangga secara mekanis dengan menggunakan hifa, setelah masuk kedalam tubuh serangga jamur akan membentuk apresorium atau tabung kecambah. Jamur dalam tubuh serangga akan memproduksi enzime lipolitik yang terdiri dari endokitinase (polimer β-N-acetylhexosaminidase) dan extokitinase. Polimer β-N-acetylhexosaminidase adalah komponen yang penyusun kitinase yang terdiri atas monomer-monomer diacetylchitobiose atau chitotriose dan N-acetyl glucosamine atau chitotetraose. Enzim ini berperan dalam penyerapan nutrisi pada substrat serangga untuk pertumbuhan jamur. (Hasan et al., 2013; Sahai dan Manocha, 1993). Efektitifitas penggunaan jamur V. Lecanii terbukti dapat mengendalikan hama wereng batang hijau dengan jalan mempengaruhi kepiridian serangga hama dan dapat mematikan hama kutu daun hingga 100% (Ladja et al., 2011; Burges, 1980).
Jamur enthomophatogen V. Lecanii: a-b. Serangga terinfeksi jamur V. Lecanii; c-d. Kenampakan mikroskopis miselium jamur V. Lecanii dan f. Konidia jamur V. Lecanii
Perbanyakan jamur V.lecanii mengacu pada hasil penelitian Yadav
et al. (2013), jamur V.lecanii diisolasi dari tanah dengan
menggunakan metode delution plate dan
dibiakan pada media MEA (Malt Ekstrak
Agar). kemudian diinkubasi selama 4
hari. Penggunaan media biakan MEA lebih cocok bagi pertumbuhan hifa jamur V.lecanii daripada media PDA (Pottato Dextrose Agar) dan mempersingkat
masa inkubasi. Koloni jamur yang tumbuh akan dilakukan purinifikasi hingga
didapatkan koloni murni jamur. Koloni murni jamur V.lecanii akan dibiakan masal dengan menggunakan media media cair ME
(Malt Ekstrak). Komposisi bahan
pembuat media ME sebagai berikut: Malt (30 gram), Peptone (5 gram), dan aquades
(1000 ml) dengan pH media 7. Koloni jamur V.lecanii
dimasukan dalam media cair dan dipasang aerator hingga kerapatan jamur
bertambah. Aplikasi jamur V.lecanii dilakukan
dengan cara mengencerkan suspensi jamur dengan kerapatan 108
spora/ml kemudian larutan disemprotkan pada serangga target (Ladja et al., 2011).
[JK06].
Apakah jamur dapat berkembang dan membentuk spora dalam cairan?
BalasHapusApakah ada pengganti malt dan pepton sehingga bisa dipraktekkan di tingkat petani?
Afzar Harianja
Tkasih.
setahu saya jamur bisa hidup dan berkembang dimedia cair maupun padat, namun cara reproduksinya akan berbeda di kedua media tersebut. untuk media cair bisa dicari referensi lain. tks
Hapus