Hubungan Serangan Penyakit Terhadap Produksi Buah Cabai Besar Di Kecamatan Bumiaji Kota Batu

Oleh: Joko Ariswanto, SP. 
(Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan-Universitas Brawijaya)

Analisis korelasi dan regresi antara intensisitas penyakit akibat jamur patogen dengan produksi cabai besar per hektar menunjukan hubungan yang berbeda setiap jenis penyakit. Penyakir bercak daun cercospora  memiliki pengaruh lebih besar menurunkan produksi buah cabai besar per hektar yakni sebesar 89% dibandingkan dengan penyakit hawar dan layu fusarium masingmasing sebesar 1,8% dan 10,1% 
Hubungan Regresi Intensitas Penyakit Bercak Daun dengan Produksi Buah Cabai per Hektar 

Hasil analisis korelasi menunjukan bahwa intensitas becak daun dengan produksi cabai besar per hektar memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini dapat diketahui dari nilai r hitung sebesar 0,882. Nilai r hitung sebesar 0,882 artinya semakin tinggi intensitas bercak daun cercospora  maka produksi buah cabai besar akan semakin menurun. Sedangkan, analisis regresi menunjukan bahwa intensitas serangan bercak daun cercospora  signifikan bermakna dengan pengaruh sebesar 89% (R2 = 0,89) terhadap penurunan produksi buah cabai per hektar.  Pengaruh penurunan produksi buah cabai besar per hektar disebabkan penyakit bercak daun cercospora  menyerang pada awal pengematan  (2 MST) dengan intensitas yang terus meningkat setiap minggu. Menurut Suhardi dan Permadi, 1990 dalam Semangun (2007), menyebutkan bahwa tidak ada varietas ataupun kultivar tanaman cabai yang tahan terhadap serangan penyakit bercak daun cercospora. 


 Hubungan Faktor Iklim Terhadap Waktu Kemunculan dan Intensitas Penyakit Di Kecamatan Bumiaji Kota Batu
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tingkat keparahan suatu penyakit tanaman. Lingkungan yang cocok akan menjadikan patogen lebih virulen terhadap tanaman budidaya. Menurut Hillocks dan Waller (1997) faktor lingkungan yang dominan mempengaruhi keparahan suatu penyakit antara lain suhu, curah hujan dan kelembaban udara terutama di daerah tropis. Faktor-faktor inilah yang berperan dalam proses terjadinya penyakit mulai dari inokulasi inokulum patogen pada tanaman hingga infeksi terhadap jaringan tanaman. Berdasarkan data iklim dari BKMG Karangploso tahun 2015 menunjukan bahwa suhu harian di daerah percobaan pada bulan NovemberDesember berkisar 23-25 oC, curah hujan sebesar 12-30 mm/hari dan kelembaban udara 49-71%. Kondisi iklim inilah yang mempengaruhi peningkatan intensitas serangan pennyakit.  

 Peningkatan Intensitas Penyakit pada Setiap Minggu Pengamatan 

Waktu kemunculan penyakit berbeda pada setiap pengamatan penyakit. Penyakit bercak daun cercospora  ditemukan menyerang tanaman cabai besar pada awal  pengamatan yakni 2 MST. Kelembaban udara di daerah percobaan sangat berpengaruh terhadap waktu kemuncuan penyakit dengan korelasi yang sangat kuat. Semakin tinggi kelembaban udara maka intensitas penyakit bercak daun cercospora  semakin besar. Penyakit hawar daun phytopthora ditemukan menyerang tanaman cabai besar pada 7 MST dengan intensitas serangan 0,41% dan semakin meningkat setiap minggu. Berdasarkan analisis korelasi waktu kemunculan dan intensitas penyakit hawar daun dipengaruh oleh suhu dan kelembaban udara dengan hubungan yang kuat. Semakin tinggi suhu dan kelembaban udara maka intensitas penyakit hawar daun semakin besar. Kondisi suhu dan kelembaban pada 7 MST saat kemunculan penyakit hawar daun yakni 23,8oC dan 67,9%. Menurut Semangun (2007) penyakit hawar daun tumbuh dan berkembang dengan baik pada suhu lingkungan berkisar 10-25 oC. Sedangakan waktu kemunculan  penyakit layu fusarium ditemukan pada 5 MST dengan tingkat serangan yang relatif rendah. Berdasarkan analisis korelasi faktor lingkungan yang dominan  berpengaruh terhadap waktu kemunculan penyakit adalah suhu dan kelembaban udara masing-masing faktor memiliki hubungan yang kuat. Suhu dan kelembaban udara pada 5 MST sebesar 24,8 oC dan 64,6% dapat memicu kemunculan penyakit layu fusarium dengan intensitas 1,46%. Menurut Mahmud dan Mirin (1987 dalam Semangun, 2007) penyakit layu fusarium dapat berkembang dengan baik pada suhu 21-33oC dengan kelembaban yang tinggi. Intensitas penyakit layu fusarium terus mengalami peningkatan setiap minggu [JK02]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar